Namanya juga anak-anak, dan namanya juga manusia, yang namanya sakit itu pasti ya nggak cuma sekali.
Beberapa kali.
Apalagi untuk penyakit musiman seperti flu, demam, dan lain-lainnya. Demam sendiri juga bukan penyakit, tapi lebih seperti “alarm” badan memberitahu bahwa kondisi badan sedang nggak sehat.
Tapi melihat anak sendiri sakit, rasanya tetap berat sekali.
Baru saja ini kami kembali dari UGD Gleneagles. Iya, kunjungan kedua kali.
Kalau kemarin karena suhu badan Wira mencapai 40 derajat, kali ini karena suhu badan Wira konstan di 38-39 derajat Celcius dan muntah-muntah sehabis makan. Baru masuk makanan tiga sendok kecil, lima menit berikutnya langsung muntah. Ari berkomentar, “kalau hanya demam, aku masih bisa tenang. Tapi ini sudah muntah-muntah. Anaknya bisa dehidrasi.”
Dokter memberikan resep obat anti mual untuk Wira. Diagnosa tetap sama: Radang tenggorokan.
Ini bukan pertama kalinya. Sebelumnya Wira juga pernah sakit. Bahkan ketika dia bayi, dia pernah demam sampai dua bulan.
Tetapi setiap dia sakit, selalu dan selalu ada harapan di hati saya. Harapan muluk bahwa saya bisa mempunyai kekuatan super untuk menyembuhkan dia saat itu juga sehingga dia tidak perlu sakit. Sehingga dia tidak perlu batuk-batuk. Sehingga dia tidak perlu muntah. Sehingga dia tidak perlu melihat saya sambil menangis dan protes bahwa dia bosan sakit, bosan demam, dan bosan muntah.
Bukan yang pertama kalinya dia sakit.
Dan bukan yang pertama kalinya saya berharap bisa mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Cepat sembuh ya nak.