Tadi pagi saya berkunjung ke Galeri Petronas di Suria KLCC untuk melihat pameran TWINS karya Oliviero Rainaldi. Sebenernya saya tau soal pameran ini juga dari komentar di blog saya — mungkin ditulis oleh salah satu staf galeri (?) — yang berupa undangan untuk acara pembukaan pameran ini. Sayang sekali saya nggak bisa menghadiri acaranya, jadi ya saya bisa datengnya pagi ketika Ari bekerja dan Wira sekolah ?
Sesampainya di Galeri Petronas jam 10 pagi, rupanya saya pengunjung pertama, hahaha. Dan proses registrasinya ternyata sudah ganti jadi digital. Sebelumnya manual pake buku, tapi ternyata mereka sudah mengganti proses registrasi menjadi digital menggunakan iPad. Lebih mudah untuk masukin data yang jelas ya, ga ada resiko salah baca tulisan ? Staf galeri berkata bahwa saya pengunjung pertama untuk pameran ini dan pengunjung pertama juga yang pake sistem registrasi menggunakan iPad, hahaha. Bangga! ?
Pameran TWINS ini menarik. Untuk beberapa orang, kesannya minimalis banget. Tapi saya suka. Pencahayaannya juga nggak berlebihan dan malah memberikan efek dramatis yang pas. Teaterikal gitu *cie…*
Menurut FB Page Galeri Petronas, Rainaldi sendiri yang memasang instalasi karyanya di galeri. Kerasa sekali hasil karya yang ditampilkan nyambung dengan jiwa senimannya ya.
Konsep dari TWINS ini seperti dualitas. Serupa tapi tak sama. Ada beberapa yang mengingatkan saya dengan rasi bintang Gemini: Castor dan Pollux — seperti foto di bawah ini.
Satu lagi yang saya suka adalah karya yang berjudul ‘Argonauta’/’Argonaut’ (2011).
Saya sebenernya penasaran kenapa diberikan nama ‘Argonauta’/’Argonaut’ karena saya taunya Argonaut itu rombongan petualang yang dipimpin oleh Jason/Iason dalam legenda Yunani Kuno yang misinya adalah mencari bulu domba keemasan di Colchis. Nama ‘Argonaut’ diambil dari nama kapal mereka, Argo — yang merupakan nama pembuat kapal itu, Argus. Kira-kira ada delapan puluh lima kru kapal Argo, yang salah satunya adalah Hercules. Ada salah satu cerita petualangan yang terkenal di Argonaut; ketika mereka bertemu dengan para sirens — makhluk ajaib yang bersuara merdu untuk menarik para pelaut yang lengah sehingga menabrakkan kapal mereka ke karang-karang tajam. Salah satu kru Argo adalah Orpheus, pemusik kesayangan para dewa, terutama Apollo. Orpheus bernyanyi untuk menandingi nyanyian para sirens dan menghindari Argo menabrak karang.
Mungkin, mungkin karya Rainaldi di atas itu menggambarkan keseimbangan manusia dalam menghadapi masalah dan tantangan? Seperti kru Argonaut. Mungkin ya ?
Berikutnya, ini juga favorit saya, adalah ‘Ymir’ (2011).
Menurut legenda Norse kuno, Ymir adalah… Dibilang raksasa juga bukan sih ya. Tapi lebih seperti entitas primal/awal di Bumi. Menurut mitos Norse, para dewa-dewa Norse: Odin, Vili, dan Vé — membentuk bumi dari dagingnya, membentuk lautan dari darahnya, membentuk langit dari tengkoraknya, dan membentuk pulau untuk manusia hidup dari alisnya.
Saya suka sekali karya ini karena menggambarkan betapa “kosong”-nya Ymir itu. Sebagai makhluk pertama yang nggak ada embel-embel apapun atau aksesoris apapun. Benar-benar seperti kanvas kosong.
Dan karya ini dibuat dari tembaga dan es.
Iya. Es. Saya ga ngerti gimana caranya. Saya juga ga mau nyolek-nyolek karya seni lah ya, ga etis. Tapi saya ga ngerti itu gimana bikinnya.
Nah, karena acara pameran ini juga disponsori oleh Maserati, mendadak aja di tengah-tengah galeri le wild Maserati appears ?
Lalu di dekat situ ada karya Rainaldi yang berjudul ‘Neptune in The Wind’ (2015). Tampilannya sangat mengagumkan — dibuat dari marmer dan lampu LED. Apalagi di tengah-tengah ruangan kosong dan gelap. Kontras sekali dan super keren. Impressive.
Mungkin ‘Neptune in The Wind’ ini komisi dari Maserati ya, karena karakter Neptunus itu membawa trisula yang persis logo Maserati ?
Ada juga karya yang saya sangat suka, berjudul ‘Ophelia’ (2007).
Saya nggak bisa nemu sudut yang pas untuk mengambil gambar objek ini, dan ini satu-satunya yang sudutnya agak mendingan untuk saya ?
Melihat karya ini, rasanya… Sedih. Karena nama Ophelia itu adalah nama karakter wanita di drama Shakespeare ‘Hamlet. Nasibnya tragis. Dia mencintai Hamlet tapi Hamlet sendiri terobsesi dengan pembunuhan ayahnya. Akhirnya Ophelia menjadi gila dan meninggal tenggelam di danau.
Karya ‘Ophelia’ ini menggunakan media kaca yang menurut saya sangat sesuai dengan kematian Ophelia di ‘Hamlet’ — karena kaca itu seperti air yang membeku/es. Samar-samar saya juga teringat dengan Snow White yang diletakkan di peti kaca saat tertidur karena memakan apel beracun.
Sebagai penutup, karya ‘Human Baptisms’ yang terbuat dari tembaga berlapis emas diletakkan terakhir.
Untuk teman-teman yang kebetulan berada di Kuala Lumpur, Malaysia dan ingin mengunjungi pameran TWINS ini, bisa datang ke Galeri Petronas di Suria KLCC pada hari kerja (Selasa – Minggu. 10:00 – 20:00). Harga tiket masuk gratis.