Mendekati akhir Oktober, mulai banyak acara pesta Halloween diadakan; salah satunya sekolahnya Wira.
Karena saya dan Ari sama-sama nggak pernah dateng ke pesta Halloween (oke, saya pernah sekali waktu masih bekerja sebagai konsultan PR dan komunikasi — tapi itu juga bukan Halloween sih; lebih mirip pesta topeng. Tapi saya memilih pake jubah hitam karena saya tergila-gila dengan kostum jaman pertengahan/medieval) jadi kita berdua nggak pernah yang antusias banget “OMG IT’S HALLOWEEN QUICK BREAK OUT THE COSTUMES AND THE FACE PAINTING” gitu. Atau ya bisa dibilang kita berdua nggak pernah yang sangat antusias dengan pesta; kalopun dateng ke pesta, area penyebaran kita biasanya radius satu meter dari meja buffet.
Lalu ada lah ini acara bertemakan Halloween. Saya dan Ari sama-sama bingung.
Koreksi, saya doang yang bingung.
Ari, mendengar “acara Halloween” disebut, langsung ribut.
“DANDANIN ANAKNYA KAYA STAR WARS.”
Entah itu menjadi orangtua, entah itu indoktrinasi.
Karakter yang dipilih adalah karakter baru di Star Wars (Star Wars VII: The Force Awakens) yang bernama Kylo Ren. Saya bilang kalo ke sekolah dengan kostum Kylo Ren, pake kostumnya SAJA. Nggak perlu bawa lightsaber karena 1. Berbahaya, dan 2. Emang dilarang sama pihak sekolah.
Di foto di atas itu, “jubah” Wira sebenernya cardigan Marks & Spencers saya dan sabuknya dari gaun batik saya. Masalahnya, jubahnya itu memang masih terlalu besar jadi Wira jalannya pun harus diseret-seret. Akhir pekan lalu, Ari akhirnya membeli kostum ninja untuk dipakai Wira, melengkapi kostum Kylo Ren-nya.
Saya sendiri melihat Halloween ini sebagai perayaan biasa. Malah kalau melihat sejarahnya, Halloween ini lumayan jauh dari kesan ceria ? Tapi yaaa, ini bisa jadi pengenalan kebudayaan yang baik untuk Wira dan anak-anak lainnya.