‘Jatah berisik’ Wira kayanya diambil Rey semua ini.
Rasaan setiap abis menyusu, Wira ya tetep anteng. Langsung tidur atau main seperti biasa.
Rey… Kaya punya koala ngamuk 24/7. Mendengus, menggeram, bercicit (iya. Bercicit), berkicau, lalu kentut, lalu mendengus lagi, menggeram lagi, ngigo, ngomel sendiri, lalu baru lah tidur, hahaha.
Ibu saya komentar, “mungkin, mungkin ya, ketika Wira lahir itu dia tau kalo kalian belum siap; makanya dia jadi bayi yang tenang. Sedangkan ketika Rey lahir, kalian sudah siap lahir batin; makanya dia ngasih ‘tantangan’ baru.”
Yang berbeda banget dari Wira dan Rey itu urusan dikekep/gendongan boba/baby wrap.
Sewaktu Wira bayi, favorit dia itu ya gendongan bayi yang dari kain itu. Nempel betul ke saya, macam kanguru, hahaha. Kesannya hangat dan nyaman.
Rey? Woelah. NGAMUK. Tadi barusan di Mothercare KLCC, anaknya menjerit kencang sampe saya kaget — karena dari tadi dia tidur di gendongan. Buru-buru saya buka sedikit gendongan, baru anaknya diam (ternyata dia kepanasan). Saya baru ngeh kalo dia juga benci dibedong. Pernah sekali dia dibedong, marahnya juga ga keukur. Mukanya sampe merah dan menjerit kencang sambil mengangkat kaki. Rasanya kaya liat ulat ngamuk.
Saya sempat mengira bahwa karena Rey ini anak kedua, seharusnya saya sudah lebih “ahli”.
Bisa ya, bisa nggak.
Secara kesiapan mental dan sikap tenang… Yaaa jauh lebih baik lah, hahaha. Baby blues juga lumayan bisa saya lewati — juga berkat dukungan teman-teman group WhatsApp #buibuksocmed. Saya juga lebih “berani” biarin Rey menangis ketika saya tinggal makan atau mandi. Ini juga sebenernya faktor karena ya emang ga ada orang lain lagi di rumah kecuali Ari dan Wira. Lain soal kan kalo ada, misalnya, orang tua, mertua, ipar, atau sodara. Pasti ada aja yang komen, “kok anaknya dibiarin nangis sih?” Di saya, malah yang bilang, “biarin aja dia [Rey] nangis, non. Latian paru-paru dia. Paling dia nangis bosen aja, bukan yang kelaperan. Kan tadi udah disusuin…” itu ayah saya, hahaha. Karena ayah saya komentar gitu, saya juga jadi lebih tenang.
Nah, dari segi pembawaan si bayi, ini yang jujur aja ya, belajar kembali. Oh, pas Wira cara ini berhasil (langsung tidur selepas menyusu), oh di Rey cara ini ga berhasil (anaknya rusuh dulu selepas menyusu baru lah tidur). Bahkan untuk menyusui pun saya juga belajar lagi. Karena saya juga memberikan ASI eksklusif ke Rey, belajar latching di awal-awal itu Allahuakbar rasanya. Masalah “klasik” seperti puting lecet hingga luka dan berdarah itu ya dialami juga oleh saya.
Capek? Ya sama, hahaha.
Ada yang bilang, “bayi perempuan menyusu lebih sedikit dibanding bayi laki-laki…” Nggak jugaaa, hahaha. Rey juga menyusunya sama kuat kaya Wira. Malah kayanya lebih kuat. Bismillah, semoga ASI senantiasa cukup.