Digital Kidnapping

Kapan kamu tahu bahwa kamu sudah tua?

Saat kamu ngebatin, “duh, sadis amat ya…” saat menonton trailer film Deadpool (2016) di Youtube. Soalnya udah terbiasa nonton Disney Junior.

Omong-omong, semalam saya sempat membaca artikel mengenai digital kidnapping. Digital kidnapping adalah menggunakan foto bayi/anak orang lain yang diakui sebagai anak sendiri — jadi si anak masih bersama orangtuanya, tapi foto anak tersebut bisa jadi ada di akun Instagram atau FB orang lain dan dibilang “itu anak saya!” (link: http://www.digitaltrends.com/mobile/baby-role-play-virtual-kidnapping/)

Jadi ya tentu saja saya ngeri sendiri ya. Saya sendiri lumayan membatasi untuk foto anak di akun social media saya — kalau di akun yang terbuka untuk publik, foto anak saya biasanya dari belakang atau tidak tampak jelas mukanya — tapi itu juga saya ngerasa bahwa saya masih keterlaluan bebasnya.

Dan beberapa hari ini saya melihat beberapa teman saya di FB memasang foto anak mereka sedang mandi ataupun dalam keadaan telanjang.

… Saya kok jengah ya? ?

Usil, memang. Tapi saya yang risi dan khawatir jadinya. Bagaimana kalau foto-foto anak-anak itu dilihat oleh pedofil? Kebayang nggak sih, para pedofil itu kaya gimana sama foto-foto anak-anak, apalagi kalau yang setengah telanjang atau benar-benar telanjang?

Pernah sih, saya tanya, “mbak, gapapa itu foto anaknya yang lucu sedang telanjang gitu ditaro di FB?”

Dijawabnya sih, “gapapa laaaah. Temen-temen gue ini doang yang liat kok. Kaya bakal nyebar gimana…”

… … … ?

Ya… Ya gimana ya.

Ya namanya juga menjaga anak-anak, itu “lahan kekuasaan” orangtua.

Not only did the individual claim that she was the mother of the child (and renamed him), but she’d also added some truly alarming captions, like “Someone kidnapped Liam, they have him tied up in their car.” Dana continued, “Other role-play accounts would jump in with comments like ‘I found the car, I’m following them.’”

Sejauh ini untuk saran-saran yang saya lihat mengenai pencegahan digital kidnapping adalah mengatur setting akun social media menjadi “private” atau menambahkan watermark. Agak repot, memang, dan set akun private belum tentu cocok untuk semua orang. Yang bisa dilakukan saat ini adalah memang pinter-pinternya ambil angle foto anak supaya wajahnya nggak terlalu terlihat. Atau memang menahan diri untuk nggak sering memasang foto anak di akun social media publik.

Get new post delivered directly to you!

Enter your email to subscribe!

Continue reading