Sketsa dari tulisan Adhitya Mulya (lagi): Rumah untuk Taufik
Oh iya, sebenernya di ceritanya mas Adhitya itu malaikat Izrail memegang pundak (rohnya?) Kalis. Tapi entah kenapa saat saya visualisasikan, rasanya lebih ‘ngena’ (di saya ?) kalo malaikat Izrail duduk menatap badan Kalis yang masih koma dan mata Kalis terpejam. Lebih seperti hubungan batin antara Kalis dan malaikat Izrail yang bahkan ga membutuhkan tatapan mata — sekedar mengingatkan diri sendiri: Kematian itu dekat. Sangat dekat.
Catatan singkat: Sejak baca ‘Ada Kue Pukis di Surga’, saya jadi senang membaca karya-karya mas Adhitya. Alurnya nggak ngebut, tapi juga bukan berarti jadi bertele-tele. Setiap kalimat saling melengkapi; dan karena menggunakan bahasa sehari-hari, rasanya bisa ikut merasakan perasaan para karakter yang ditulis. Kalau ingin baca-baca, bisa menyambangi laman mas Adhitya di Suami Gila.