Restoran Hasilath Food Corner, KL: Warung Mamak Akhir Pekan


IMG_0535

Di Malaysia, ada istilah “warung mamak” untuk menyebut tempat makan yang biasanya buka 24 jam dan menyajikan variasi makanan berupa nasi lemak, roti canai, cendol, rojak, dan lain sebagainya. Dari kuliner khas melayu berupa nasi lemak, kuliner khas india dengan roti canai dan murtabak (martabak) komplit dengan kari, hingga kuliner cina berupa mee goreng dan bihun goreng. Kalau di Indonesia, mungkin mirip dengan warung bubur kacang ijo (warung burjo) atau warung Indomie yang buka 24 jam juga.

Kenapa disebut “mamak”? Diambil dari arti kata “mamak” yang berarti “emak”/”ibu”, warung mamak (atau biasa disebut “mamak” saja oleh orang Malaysia) ini dianggap tempat membeli makanan bernuansa bikinan rumah. Seperti dimasak ibu di rumah. Warung mamak ini dianggap seperti gudangnya comfort food kuliner Malaysia, dan memang isinya comfort food semua, hahaha.

Restoran Hasilath ini tempat yang rutin kami datangi setiap akhir pekan. Kalau nggak Sabtu ya Minggu. Kalau pagi, selalu penuh dengan keluarga dan pesepeda. Kalau hari biasa, biasanya pagi hari dipenuhi dengan karyawan kantor atau toko yang mampir untuk sarapan nasi lemak dengan teh ais. Menjelang siang, ramai pula dengan karyawan dari perkantoran sekitar. Masuk sore hari (tea time), penuh dengan karyawan yang nongkrong selepas pulang kantor untuk menikmati segelas teh tarik dan mengobrol. Masuk malam hari, cukup bervariasi: Ada anak-anak muda ikut nongkrong beserta keluarga yang anak-anaknya mungkin masih ingin menikmati makan larut malam (supper).

IMG_0538

Malaysia sebagai negara bekas kolonial Inggris mengenal LIMA waktu makan berbeda lho, hihihi. Sarapan, makan siang/makan tengah hari, waktu minum teh (tea time), makan malam, dan makan larut malam (supper).

Tadi pagi kami menikmati sarapan-makan siang (brunch) di Hasilath. Awalnya sih pengennya sarapan saja, tapi kami rupanya agak kesiangan tiba di sana sehingga parkiran sudah penuh. Terpaksa lah memutar dan muternya itu jauh banget, hahaha. Sampai di Hasilath kira-kira pukul setengah 11 pagi, jadi lah dianggap sebagai brunch saja.

Hasilath yang terletak di jalan Gurney ini konon tersohor oleh rojaknya. Rojak Malaysia ini berbeda sekali dengan rujak khas Indonesia. Rujak khas Indonesia biasanya berupa rujak buah; sementara rojak Malaysia ada dua tipe: rojak biasa atau rojak buah. Nah, rojak biasa ini biasanya isinya adalah… Gorengan. Gorengan yang disiram saus kacang. Kadang bisa ditambahkan mi (mee rojak) atau potongan cumi/sotong (rojak sotong). Nah, rojak sotong ini awam ditemui di Penang.

Selain rojak, Hasilath juga terkenal dengan cendolnya. Cendol di Malaysia ada berbagai variasi: Ada yang menggunakan pulut/ketan manis gurih, ada yang menggunakan tapai/tape, ada yang menggunakan durian, dan malah ada kombinasi tiga-tiganya.

Nah, kami memesan… Bukan cendol dan bukan rojak, hahaha. Untuk cendol, baru tersedia di Hasilath di atas jam 9 pagi. Tapi walopun kami datang jam setengah 11, kebetulan lagi kurang berselera untuk membeli cendol (nah lalu sekarang saya malah jadi pengen cendol pulut, hahahaha.)

Seperti biasa, pesanan kami dibuka dengan dua set telur tiga suku masa. Tiga suku masa itu artinya tiga perempat matang. Kenapa tiga suku masa? Karena kalau separuh matang/setengah matang, masih terlalu encer untuk Wira dan Ari. Telur yang disajikan biasanya dicampur dengan kecap asin dan taburan lada supaya gurih.

IMG_0539

IMG_0540

Nah, telur separuh masa ini beken luar biasa di Malaysia. Budaya memakan telur separuh masa ini mungkin seperti kita makan tempe tahu ya di Indonesia. Karena tuntutan pasar, makanya rata-rata telur di Malaysia ini sudah ada tambahan Omega-3 dan/atau kolesterol rendah.

Selepasnya, Ari memesan Maggi mee goreng. Nah, ini lagi juga menarik. Walaupun Indomie dan Mie Sedaap juga cukup terkenal di Malaysia, Maggi berusaha memantapkan posisi mereka sebagai penguasa industri mie instan di sini. Menariknya, cukup jarang lho (atau mungkin malah ga ada?) produk mie goreng dari Maggi. Jadi yang digunakan ya Maggi kuah lalu digoreng bersama bumbu dan sayuran. Nah, Hasilath ini baru beberapa bulan ini punya sajian Indomie Goreng juga, hahaha. Lumayan ya untuk menghilangkan rasa kangen ke tanah air.

Maggi mee goreng (dan Indomie Goreng juga) yang disajikan biasanya ditemani dengan jeruk nipis/jeruk limo (jeruk kasturi). Tujuannya untuk menambah rasa (menyerlahkan rasa) mi goreng dan memberikan rasa segar dan sedap di mulut. Cobain deh, memang enak rasanya.

IMG_0545

Saya sendiri memesan bihun goreng Singapura. Sebenernya pengen pesen Indomie Goreng, tapi takutnya si adek di perut protes, hahaha.

IMG_0543

Wira, selesai menyantap telur rebusnya dan ditemani teh aisnya…

IMG_0547

… Memesan roti Milo.

IMG_0549

Roti Milo ini… Ah, sudahlah. Mungkin butuh satu entri blog untuk menyanyikan puja dan puji terhadap roti Milo ini. Adonan roti canai ditaburi Milo banyak-banyak lalu dilipat dan dipanggang, menghasilkan Milo yang meleleh dan berkaramel di pinggirannya.

IMG_0552

Biasanya sih disajikan dengan kari, walaupun mungkin agak aneh untuk kita ya, hahaha. Tapi dimakan dengan kari pun tetap enak. Dimakan begitu saja? Sedap sekali!

IMG_0546

Suasana di restoran Hasilath ini cukup nyaman. Pengunjung bisa memilih untuk duduk di luar ataupun di dalam. Bagian dalam pun sebenarnya nggak tertutup juga, jadi sirkulasi udara lumayan bagus. Rata-rata staf pelayan dan tukang masak berasal dari India dan/atau Bangladesh dan komunikasi mereka sangat bagus dalam bahasa Melayu dan Inggris sehingga nggak ada masalah berarti apabila pengunjung ingin memesan hidangan.

Restoran Hasilath Food Corner beralamat di:
No. 2A Jalan Gurney, Kuala Lumpur 54100, Malaysia

Jam beroperasi:

SETIAP HARI 24 jam


2 responses to “Restoran Hasilath Food Corner, KL: Warung Mamak Akhir Pekan”

  1. Yak, semua makanannya sukses membuat saya kelaperan berat sekarang…

  2. we want roti milo post! *bawa spanduk