Bulan Juli lalu, Ari pulang sambil membawa brosur Malaysian Philharmonic Orchestra. MPO ini adalah salah satu dari sekian banyak Philharmonic Orchestra yang tersebar di seluruh dunia; untuk Malaysia, MPO ini disponsori secara tunggal oleh Petronas — makanya hall mereka disebut Dewan Filharmonik Petronas di Twin Towers, KLCC.
Banyak orang menganggap bahwa orkestra, apalagi Philharmonic, itu seperti… Apa ya, hiburan yang snob. Kelas atas. Nggak cocok buat anak muda. Isinya pasti musik klasik atau musik-musik apalah nganu-nganu bikin tidur.
Nah itu iya dan nggak, hahaha. Untuk biaya menonton MPO, cukup bervariasi dari RM 60 – RM 200 (kelas VIP) — bahkan ada harga khusus untuk pelajar. Untuk pertunjukan, nah ini yang menarik. Iya, instrumen yang digunakan ya… Orkestra. Biola, cello, piano, dan sebagainya komplit dengan dirigen. Aturan berbusana saat menonton pun minimal smart casual: nggak boleh pake sepatu olahraga/sneakers, nggak boleh pake sendal, nggak boleh pake celana pendek… Ya smart casual lah, hahaha. Tapi variasi musiknya, ternyata cukup luas juga. Yang akan datang nantinya variasi musik-musik U2 (iya, band U2 yang itu). Beberapa bulan lalu sempet ada variasi musik Metallica. Saat lagi heboh-hebohnya Star Wars VII akhir taun lalu? Iya, musik-musik Star Wars karya John Williams.
Nah, Ari menunjukkan pertunjukan MPO yang akan datang (saat itu) ke saya: ‘A Musical Journey in Anime’ — spesifiknya, musik-musik karya Joe Hisaishi yang tenar dalam film-film animasi karya studio Ghibli — dan akan ditayangkan dua kali di tanggal yang berbeda. Ari berkata, tiket akan dijual saat pembukaan penjualan tiket beberapa minggu lagi. Oke lah, pada saat hari pembukaan pada tanggal 30 Juli, kami berniat mampir ke kantor penjualan tiket MPO yaaang… Ternyata antri puanjaaaang, sodara-sodaraaaa.
Nah, tiket pertunjukan ‘A Musical Journey in Anime’? Ludes des des des habis bis bis bis dalam waktu 30 menit (!) Saya menatap akun Instagram MPO dengan nyaris putus asa saat ada beberapa pengguna berkomentar, “even the student ticket is sold out in 15 minutes! BOTH SHOWS!”
Iya, dua pertunjukan, dua-duanya habis tiketnya. Hiks.
Saya dan Ari sempet yang, “ya udah lah, huhuhu” — mungkin memang bukan rejeki kami.
Sampai beberapa hari kemudian, Ari grabak-grubuk pulang kantor lalu buru-buru mengambil laptop. “AKU MAU BELI TIKET! ONLINE!”
“Tiket apaan?”
“MPO! GHIBLI!”
“Lah, bukannya udah ludes ya?”
“MEREKA NAMBAH PERTUNJUKAN LAGI! JADI EMPAT PERTUNJUKAN! YANG TAMBAHAN DUA MASIH ADA NIH!”
WHOAAAAAAAAA.
Asli, baru sekali ini saya denger MPO sampe nambah dua pertunjukan tambahan saking membludaknya permintaan pengunjung. Bahkan rasa-rasanya saat pertunjukan Star Wars pun nggak seheboh ini, hahaha. Ari rupanya cukup beruntung, karena setelah dia beli tiket ada notifikasi bahwa tiketnya sudah abis lagi. Buset. Empat pertunjukan, semuanya sold out.
Beberapa hari kemudian, Ari pulang membawa tiket yang sudah tercetak. Alhamdulillah! Terima kasih, ayah! Nggak sabar saat itu rasanya menunggu tanggal 3 September, hihi.
Pengalaman menonton MPO ini adalah yang kedua kali untuk kami bertiga — Ari, saya, dan Wira. Yang pertama adalah saat MPO menyajikan musik-musik dari film animasi Disney/Pixar ‘Ratatouille’; dan itu adalah pengalaman yang sangat sangat luar biasa untuk saya pribadi. Saya sudah lama tertarik dengan dunia musik orkestra, dan waktu kecil saya sempet bercita-cita jadi salah satu musisi untuk Philharmonic Orchestra, hahaha. Saat saya menonton Philharmonic Orchestra secara langsung, saya M E N A N G I S. Rasanya itu bener-bener mimpi yang jadi kenyataan.
Bahkan saat menonton yang kedua kali ini, tetep rasanya… Gimana ya, rasanya luar biasa. Ada sesuatu yang sangat berbeda saat menonton secara langsung komplit dengan instrumennya. Mungkin ini sebabnya banyak teman-teman saya yang memang suka menonton konser musik langsung/live concert ya.
Nah, sekarang soal konsernya.
Untuk saya pribadi, nama ‘… in Anime’ sebenernya ini kurang tepat. Karya-karya yang ditampilkan adalah karya dari Joe Hisaishi. Ya, beliau terkenal dengan karya-karya musiknya di film animasi studio Ghibli seperti ‘Tonari no Totoro’, ‘Sen to Chihiro’, dan ‘Kiki’s Delivery Service’; tapi dalam pertunjukan ini, ada beberapa karya beliau yang tidak ada dalam film animasi — ada di film live action ataupun karya kontemporer beliau. Jadi apakah ini full in anime? Sebenernya nggak. Tapi apakah ini karya-karya Joe Hisaishi? Ya.
Apakah saya nyesel? YA NGGAK LAH GILA LOE.
Pertunjukan ini dipimpin oleh Naohisa Furusawa sebagai dirigen dan Akiko Daniš sebagai pianis. Naohisa Furusawa sendiri sudah bergabung dengan MPO sejak tahun 2003 di bagian double bass. Beliau lahir di Tokyo tahun 1973 dan sudah memimpin orkestra sejak dia masih SMP (nah coba Kap, inget-inget kamu umur 12 taun masih ngapain aja selain usaha bolos sekolah dan nilai Matematika nyaris tiarap…)
(BTW, saya hanya bisa mengambil foto-foto saat pertunjukan belum dimulai, hahaha. Nggak sopan rasanya kalau mengambil foto saat pertunjukan sedang berlangsung)
Satu hal yang saya sadari saat menikmati pertunjukan ini adalah bagaimana Joe Hisaishi, sebagai komposer, sangat menghargai setiap elemen dalam sebuah orkestra. Dari perkusi sampai alat musik tiup, semuanya mendapatkan porsi yang sama pentingnya. Bahkan kalau salah satu absen/tidak ada, akan sangat kentara hasilnya. Salah satu yang luar biasa adalah musik ‘Stroll’ dari ‘Tonari no Totoro’. Terlihat bagaimana semua dimulai dari perkusi — snare drum — lalu pindah ke musik tiup, lalu contra bass, lalu biola. Mendadak, BOOM, semua mengalun.
Hebatnya? Furusawa sebagai dirigen SANGAT memahami itu. Saya sangat senang bagaimana beliau membawakan musik sesuai dengan semangat dan tema dari film tersebut. ‘Tonari no Totoro’ yang lucu dan kekanakan sampai ‘Ano Natsu He’ (One Summer’s Day) yang melankolis dibawakan dengan luar biasa. Apalagi saat bagian ‘Tonari no Totoro’, duh… Saya menangis lho nontonnya. Terasa sekali rasa bebas kekanakan yang ada di film ‘Tonari no Totoro’, dan semangat yang terpancar saat seseorang bernyanyi “TONARI NO TOTORO!” dengan segenap suaranya.
Untuk ‘Ano Natsu He’, saya sempet mengira bahwa musiknya akan mengikuti saklek seperti yang di film, tapi aransemen dari Furusawa sedikit lain. Sangat terasa perasaan Chihiro saat pindah kota meninggalkan teman-temannya di sekolah lama, sangat terasa pula rasa sepi dan sendiri yang tergambar jelas selama film animasi ‘Sen to Chihiro’. Dengan caranya sendiri, Furusawa merangkum semua rasa sepi dan getir ‘Sen to Chihiro’ dalam ‘Ano Natsu He’.
Jujur ya, saya agak beruntung Furusawa hanya membawakan ‘Ano Natsu He’. Sampe beliau ngebawain ‘6th Station’, saya bisa nangis sesenggukan di kursi penonton.
Oh ya, sebelum kami menonton, sebenernya staf penerima tamu agak khawatir melihat kami membawa Wira yang jelas-jelas masih piyik ini, hahaha. “Actually, the minimum limit is 8-year old…” Ari meyakinkan staf penerima tamu bahwa ini pengalaman Wira yang kesekian kali untuk menonton MPO dan berjanji bahwa Wira akan mengikuti pertunjukan dengan tenang dan nggak rewel (Wira juga janji begitu, hahaha.) Alhamdulillah selama acara berlangsung, Wira beneran mengikuti acara dengan baik — bahkan merengek minta diputarkan lagu ‘Tonari no Totoro’ non-stop selama perjalanan pulang, hahaha.
Saat lagu terakhir — ‘Saka No Ue No Kumo’ — selesai dimainkan, kami mengira bahwa sudah selesai semua program acara. Ternyata Furusawa mengucapkan bahwa akan ada tambahan encore dua lagu untuk kami semua (!) Yang pertama adalah ‘Summer’ dari film ‘Kikujiro’ dan ‘Tonari no Totoro’ lagi! Benar-benar pertunjukan yang memuaskan.
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Ini sungguh pengalaman yang nggak terlupakan. Bahkan adek di perut pun tenang selama pertunjukan berlangsung — saya malah curiga dia tidur, hahaha, soalnya anteng banget. Hanya sesekali saya ngerasa dia menendang-nendang. Sisanya malah diam.
Terima kasih banyak, Malaysian Philharmonic Orchestra. Terima kasih!
One response to “Malaysian Philharmonic Orchestra: ‘A Musical Journey in Anime’”
hi! nice to meet u. the concert looks interesting! would you mind to share the concert brochure for me? i wonder what song does they played that time and also which musician are selected to performed.