Sedikit Cerita soal Kerteh, Trengganu

Halo halo~

Akhir pekan kemarin saya sekeluarga berlibur ke Kerteh, Trengganu. Sebenernya nggak yang berlibur juga sih. Ari harus dinas, sedangkan saya dan Wira ngikut aja, hahaha. Ari ada rapat di Kerteh hari Minggu, jadi kita berangkat dari KL hari Minggu pagi dan menginap di Kerteh sampai hari Selasa pagi.

Salah satu faktor menarik dari Malaysia adalah setiap negara bagian mempunyai hukum masing-masing sesuai dengan hukum yang dipegang oleh kerajaan di negara itu. Malaysia mempunyai 13 negara bagian dan 3 teritori federal (federal territory). Nah, tiap negara bagian ini mempunyai kerajaan masing-masing, dan setiap sultan dari setiap negara bagian mendapatkan giliran untuk menjadi Sultan Yang Dipertuan Agung untuk seluruh Malaysia setiap periodenya. Malaysia tetap mengakui pemerintahan pusat di bawah perdana menteri sebagai pemerintahan yang sah DAN mengakui pemerintahan sultan untuk tiap-tiap negara bagian.

Untuk Trengganu, hukum yang dipegang mirip dengan syariat Islam — malah Trengganu adalah salah satu negara bagian Malaysia yang pertama kali menerima Islam tahun 1300-an — dan ini berlaku di hari kerja. Hari libur di Trengganu adalah Jumat dan Sabtu (dan semua pusat bisnis dan usaha akan tutup saat shalat Jumat), dan hari Minggu adalah hari kerja; makanya Ari ada rapat hari Minggu sore, hahaha.

Kerteh adalah salah satu kota di Trengganu. Kota yang sangat kecil (“Kerteh ini mungkin Cilacap tahun 1970-an ya,” komentar saya) tapi kaya sumber daya alam (minyak bumi dan gas) dan merupakan salah satu pusat kegiatan offshore Petronas. Kerteh ini kombinasi yang menarik antara laut dan perbukitan. Kalau biasanya kota laut itu ya lapang dan rata seperti Cirebon, jalan utama Kerteh itu bener-bener satu sisi menghadap laut, satu sisi menghadap bukit. Bahkan ada dua komplek perumahan Petronas yang diberikan nama Rantau Laut (menghadap laut) dan Rantau Bukit (menghadap bukit) dan dua komplek itu saling berhadap-hadapan.

Kerteh mempunyai satu mall di kotanya: Mesra Mall. Mall ini di bawah manajemen Suria Mall KLCC, sehingga saya merasa agak sedikit familiar dengan desainnya, hahaha.

Salah satu hal favorit saya dari Malaysia adalah banyaknya pantai yang bersih, sepi, dan terawat. Kuantan, Port Dickson, dan sekarang ini, Kerteh, mempunyai pantai-pantai yang sangat bersih dan terawat. Untuk Kerteh, ombak di laut mereka cukup banyak dan tinggi dikarenakan posisi mereka yang menghadap langsung ke laut Cina Selatan. Jauh selepas pantai, banyak ditemukan rig offshore banyak perusahaan minyak. Di Kerteh, sangat lazim terlihat para karyawan perusahan minyak berjalan-jalan sambil mengenakan pakaian coverall.

Sebelumnya saya nulis kalo Kerteh ini sangat kecil — paling tidak untuk pusat kotanya. Suasana alam Kerteh masih terasa sekali, dan Ari bilang kalau jalan dari kota menuju bandara masih berupa hutan di kanan-kirinya dan banyak monyet liar hidup di hutan itu. Nah, karena udaranya masih sangat segar dan bersih, saat di Kerteh saya merasa lapar terus-terusan, hahaha. Habis makan langsung jalan-jalan di pantai, habis jalan-jalan ya makan lagi, hahaha.

Nah, untuk makanan khas, Trengganu mempunyai makanan ringan khas mereka yang bernama keropok lekor.

Namanya memang “keropok” (kerupuk), tapi teksturnya kenyal — mirip sekali dengan pempek lho! — bahan utamanya adalah ikan yang digiling halus dan dicampur tepung. Dihidangkan bisa setelah direbus atau digoreng dan dicocol sambal kecap. Sedap!

Sebelum kami pulang, Ari mengajak kami berjalan-jalan ke area kilang Petronas. Di sinilah saya melihat bagaimana Kerteh berdenyut dan hidup, sebagai salah satu pusat industri kilang minyak dan gas.

Selain pusat industri kilang, saya merasa bahwa industri pariwisata lautnya juga bisa menjadi potensi untuk kota ini. Apalagi setiap malam kabarnya ada pasar malam di Pantai Kemasik (yang sayangnya saya nggak bisa datang dan lihat, huhuhuhu).

Terima kasih, Kerteh! Kota kecil yang cantik dan menyenangkan!

Get new post delivered directly to you!

Enter your email to subscribe!

Continue reading