Mood: ‘Separuh Nafas’ – Dewa
Selama di Kuala Lumpur, ada yang istimewa nggak ketika 17 Agustus?
Insya Allah gw udah 4-5 tahun di sini, dan jujur, pas tanggal 17 Agustus itu suka nggak ngeh. Lebih ke, “eh, lho, 17 Agustus ya?” Itu pun karena liat social media.
Mungkin karena memang sekeliling ga ikutan rame/berbagi hype. Tapi bulan Agustus emang lumayan rame di sini karena ada persiapan Hari Merdeka tanggal 31 Agustus.
KBRI sendiri mengadakan upacara bendera, walopun lumayan terbatas untuk undangannya. Nah, yang rame itu justru malah biasanya bulan September karena ada Pesta Rakyat (Indonesia) yang diadakan KBRI Kuala Lumpur di Kuala Lumpur. Pesta Rakyat itu sendiri ya memang merayakan 17 Agustus.
Ini beberapa foto Pesta Rakyat tahun 2015 lalu di Titiwangsa.
Kok fotonya dikit? YHA GIMANA YHA UDAH KALAP LIATIN MAKANAN YHA. TOLONG LAH MENGERTI KONDISI ANAK RANTAU.
Sering ya kalo lagi Pesta Rakyat gini, suka ngebatin, “aduh, ini ibu/bapaknya jualan juga ga ya sehari-hari?” Hahaha. Beberapa hari lalu nemu warung jualan bebek goreng khas Indonesia di area Ampang aja sueneng banget kok.
Walaupun jumlah orang Indonesia di Malaysia ini sangat banyak (sampe area Chow Kit Kuala Lumpur itu dikasih nama Kampung Indonesia lho saking banyaknya orang Indonesia di situ; Kampung Bahru itu juga buanyak orang Indonesia yang udah tinggal menetap) tetep ada rasa seneng dan nyaman ketika manggil dengan sebutan, “mas, mbak, pak, bu,” hahaha. Sehari-hari kan “abang” atau “akak” atau “bos”.
Dulu pernah, sebelum Idul Fitri, ada pedagang di truk makanan gitu mangkal di depan apartemen. Jualan gorengan, buah potong, dan minuman dingin.
Satu hari, gw lagi beli pisang goreng di sana sama Rey. Gw ngomong ke Rey, “hati-hati ya nak. Jangan keluyuran, banyak mobil di jalanan.”
Ibu yang sedang menggoreng pisang mendadak nyeletuk, “bahasanya sama dengan saya.”
Sesama orang Indonesia, hahaha. Si ibu asalnya dari Jogja, sudah tiga tahun di Kuala Lumpur. Suaminya bekerja di bagian konstruksi untuk pipa.
Lain lagi cerita waktu itu di foodcourt deket rumah. Beli paket nasi masakan Korea, kasirnya nyapa, “dari Jakarta ya bu?” Waaa, mbaknya ternyata dari Surabaya dan baru di Kuala Lumpur selama tiga bulan.
Seharusnya nggak aneh, dan nggak heran, bertemu orang Indonesia di sini. Tapi rasanya tetep seneng aja bertemu sesama orang Indonesia ya, hahaha.
Ada sedikit rasa iri (?) dan rasa, “ih pengen ikutan juga ih, hahaha,” kalo liat cerita, foto, atau video teman-teman di Indonesia sedang ikutan lomba 17 Agustus. Ada sedikit rasa missing out ketika menonton upacara bendera di Istana Negara melalui streaming website.
Selamat ulang tahun, tanah airku yang suka bikin gemes dan kesel dan gembira dan marah dan sedih dan bahagia dan gendeng dan receh dan kocak dan campur aduk emosi, hahaha. Kamu tidak sempurna, dan mungkin tidak akan pernah. Kamu tidak pernah cukup, dan mungkin tidak akan pernah. Tetapi kamu punya manusia baik, kamu punya manusia bijak, kamu punya manusia hebat.
Dan itu cukup. Dan itu sempurna.
Selalu ada doa teriring, harapan dan usaha bersama, untuk tanah air. Selalu ada bisikan, “fuck this shit,” dan “ayolah, kita bisa lebih baik dari ini,” bersatu padu bertalu-talu bahkan dari satu orang yang sama (gw termasuk.) Rasa frustrasi dan optimisme entah gimana bersatu, selalu bertarung setiap harinya. Hari ini rasa putus asa menang, esoknya rasa percaya diri berjaya.
Dirgahayu Indonesia.