Ibu dan Dunia

Di grup WA ibu-ibu, sedang dibahas:

Kalau ada 2 kerjaan…

  1. Salary bagus, jam kerja santai dan asik bgt (mother friendly), kerjaan rada gabut, still like it tho.
  2. Salary ya okelah, jam kerja padat tapi sesuai passion.

Bakal ambil yang mana?

Banyak yang bilang “nomer 1“. Lalu ada yang nulis, “jadi berpikir berapa banyak ibu yang menyimpan passionnya demi anak-anak kemudian tanpa sadar menyodorkannya ke anak. Mungkin karena itu ya ada ibu2 yang maksa banget anak kudu jadi apa gedenya” dan “Ah, aku pun sekarang mengalah bekerja di bidang yg sama sekali bukan passionku. Mengalah demi bocah.”

Pertama, saya ga ada hak apapun untuk menjawab. Situasi saya sekarang ini ibu rumah tangga dengan ekonomi berkecukupan dan saya sesekali mengerjakan pekerjaan yang memang saya suka. I’m privileged.

Dan ini bikin saya berpikir: Berapa banyak wanita di luar sana yang mengorbankan apa yang dia benar-benar suka dan berkata, “gapapa. Demi anak“?

Dan berapa banyak wanita di luar sana yang mengejar impian dan keinginannya DAN orang sekitar dia mendesak “BURUAN NIKAH DAN PUNYA ANAK KARENA ITU KODRAT KAMU!”?

Once again, I’m privileged.

Saya pribadi nggak mau mempertanyakan kasih sayang seorang ibu ke anaknya. Sampe ada orang yang berani nanya gitu ke seorang ibu, saya putusin telinganya duluan.

Saya berharap, satu hari nanti masyarakat bisa menjaga mulutnya untuk nggak mempertanyakan keputusan seorang wanita berkarya. Untuk mengerti bahwa seorang ibu memang mempunyai tanggungjawab sebagai ibu, namun dia juga manusia yang punya hak sepenuhnya untuk berkarya dan mempunyai ambisi. 

Jangan kau ambil dunia dari tangan si ibu namun di saat yang sama menuntut dunia darinya.

Get new post delivered directly to you!

Enter your email to subscribe!

Continue reading