Yah, kemarin kelupaan (lagi) nulis blog.
Jadi beberapa hari ini emang kondisi badan lagi kurang sehat. Dan cuaca lagi kurang baik (panas dan lembab, plus kabut asap.) Wira sudah mulai menunjukkan gejala bakal sakit dengan cara… Banyak makan ?
Sambil ngisi waktu, saya nonton film di laptop — ibaratnya, “mengejar” ketertinggalan film karena sejak Wira lahir, saya dan Ari jadi jarang banget nonton film, hahaha. Bukan masalah besar juga sih, tapi emang ada beberapa film yang saya penasaran ingin tonton dan akhirnya kesampaian juga.
Kemarin saya menonton ‘The Tale of The Princess Kaguya‘ (Kaguya-hime no Monogotari) karya studio Ghibli dan memang film itu luar biasa — baik dari segi animasi, cerita, dan karakter. Untuk alur utama memang sudah ada dari legenda putri Kaguya itu sendiri, namun untuk karakter sang putri bener-bener hal yang menyegarkan dan baru. Satu hal yang saya sangat suka dari studio Ghibli adalah pembentukan karakter utama mereka yang rata-rata wanita. Semua karakter kuat yang mempunyai kepribadian yang sangat manusiawi — bandingkan dengan rata-rata film Hollywood yang menggunakan karakter perempuan hanya sebagai pajangan atau pemanis layar.
Dalam film tersebut digambarkan dengan jelas bagaimana banyak laki-laki yang melamar Kaguya namun hanya melihat dia sebagai “harta karun” atau pajangan. “Menikahlah denganku, karena kebahagiaanmu adalah menikahiku!” Eh, sori ye, tau apa soal kebahagiaan seseorang?
Dan jujur aja, hal itu bahkan masih banyak kok di pemikiran laki-laki yang menganggap perempuan adalah benda mati. Ada satu adegan yang menurut saya sangat menarik. Sang kaisar, menyadari bahwa Kaguya menolak lima bangsawan yang melamar, berkomentar, “Kaguya ini menarik. Dia menolak lima laki-laki berpengaruh. Artinya dia pasti ingin bertemu denganku.”
Nah, kenapa menarik?
Karena ada berapa banyak laki-laki di dunia nyata ini yang berpikiran seperti itu? Ada lho. Banyak pula. Ada berapa banyak laki-laki di dunia ini yang berpikiran bahwa wanita berhutang kepadanya dan wanita harus menyukai dia? Ada berapa banyak film dan lagu yang dibuat seolah-olah kalo si wanita itu tidak menyukai si pria, si wanita dianggap tidak tahu berterimakasih dan tidak menghargai si pria? Bukannya itu berarti si pria sama saja seperti anak balita yang tantrum kalo keinginannya ga dipenuhi? Are we raising gentlemen or little bratty boys?
Ghibli menantang pemikiran yang seksis dan diskriminatif seperti itu. Dan karakter laki-laki protagonis di film Ghibli juga nggak kalah kuatnya. Mereka laki-laki yang mengerti kehormatan diri dan menjaga sesama. “Saya menolong kamu bukan supaya kamu suka sama saya. Saya menolong kamu karena itu yang manusia seharusnya lakukan satu sama lain.”
Karena kita manusia.